Kamis, 01 Juli 2010

IM CRYING PART II

hey blogreader, welcome to my blog. minggu ini adalah minggu dimana aku MENANGIS MULU. someday aku nangis dan diketawain. nah sekarang aku nangis yang lain juga nangis. it means im not strange , oke alhamdulilah .. kita flashback kenapa aku bisa menangis. filmnya YA ALLAH .. sampai sekarang aku masih pengen nangis lagi but okelah TEGAR .. hachiko juga tegar .. check this out guys !

KESETIAAN HACHIKO

Hachiko dan pelajaran tentang kesetiaan.
Ada sebuah pameo tentang kesetiaan seekor anjing yang konon kabarnya melebihi kesetiaan manusia. Seingatku sudah banyak film yang menceritakan hal tersebut. Film Hachiko a dog’s story merupakan salah satu film yang menceritakan tentang pameo tersebut . Film ini diangkat dari kisah nyata yang terjadi sebuah negara di Asia Timur, kota Jepang tepatnya.
Film ini diperankan oleh Richard Gere, Joan Allen, Sarah Roemer dll. Ada kesalutan tersendiri tentang
penggunaan talent anjing dalam film tersebut. Menurut saya, anjing sebagai tokoh utama tersebut terkesan sangat asli bak seorang aktor yang handal dalam berakting. Richard Gere yang berperan sebagai Professor juga tak kalah mempesona dalam aktingnya. Begitupula aktor-aktor lainnya. Sayang, Sarah Roemer salah satu aktris favorit saya kurang mendapat porsi dalam film ini. Akan tetapi film ini saya rekomendasi sebagai film yang sangat layak disaksikan oleh semua kalangan.
Dalam film tersebut diceritakan, pada suatu hari di stasiun kereta, seorang Professor yang berprofesi sebagai guru seni musik mendapatkan seekor anjing yang terlepas dari sebuah kotak. Professor tersebut kemudian menanyakan kepada petugas stasiun tersebut menanyakan tentang kepemilikan anjing tersebut. Akan tetapi, tampaknya tidak ada satu orangpun yang mau mengakui tetang kepemilikan anjing tersebut. Singkat cerita anjing tersebut dibawa kerumah. Awalnya Sang Professor hanya ingin menampung anjing tersebut sementara waktu sembari mencari pemilik sebenarnya anjing tersebut. Akan tetapi Professor tersebut kemudian tertarik untuk memeliharanya. Yang terjadi kemudian istri Professor terkesan melarang suaminya untuk memelihara anjing tersebut.
Berbagai macam cara ditempuh oleh professor agar anjing tersebut diizinkan oleh istrinya untuk tinggal dan dipelihara. Salah satu caranya adalah menempatkan anjing tersebut digudang yang terletak disamping rumahnya. Lama kelamaan, anjing tersebut kemudian disukai oleh anggota keluarga professor yang lain yakni istri dan anak perempuannya.
Anjing tersebut berasal dari ras akita yang dalam film itu diceritakan sebagai anjing yang sejak dulu adalah sahabat dari manusia dan kemudian biasa dijadikan partner berburu dan keseharian oleh orang-orang zaman dulu. Selanjutnya anjing ras aikita tersebut dinamai Hachi, sesuai dengan yang tertulis pada kalungnya saat ditemukan.
Seiring dengan berjalannya waktu, hachi yang saat ditemukan masih kecil kemudian tumbuh dewasa dan banyak menuai pengalaman bersama Professor. Uniknya, setiap hari Hachi selalu mengikuti Professor pergi ke stasiun kemudian kembali kerumah ketika kereta Professor berangkat meninggalkan stasiun. Beberapa jam kemudian Hachi kembali ke stasiun pada saat tepat ketika kereta Professor kembali ke stasiun. Seolah-olah Hachi pergi mengantar dan menjemput Professor ke Stasiun kereta. Hal ini terjadi terus-menerus, setiap harinya. Sampai kemudian orang-orang disekitarnya mengenal Hachi dan kebiasaannya yang mengantar dan menjemput Professor di stasiun kereta.
Sampai kemudian sebuah tragedi terjadi. Sang Professor yang setiap harinya diantar Hachi tiba-tiba tidak kembali kestasiun karena meninggal. Akan tetapi Hachi dengan kesetiaanya tetap saja datang menjemput Professor pada tempat yang sama dan jam sama di stasiun tersebut.
Hachi pun kemudian datang kembali keesokan harinya pada jam yang sama saat waktu menjemput Professor ditempat yang sama di stasiun tersebut. hal ini dilakukan terus menerus oleh Hachi hingga sembilan tahun lamanya, tak peduli lapar dan haus bahkan pergantian musim sekalipun.
Hachi dengan kesetiaannya selalu datang ke stasiun untuk menjemput Professor meskipun jelas Professor tidak akan mungkin pernah datang kembali. Kesetiaanya Hachi-pun kemudian tersebar keseantero negri. Hachi tetap melakukan rutinitasnya hingga penghujung hayatnya.
Sebagai monumen tentang kesetian Hachi kemudian dibuatkan sebuah patung anjing yang berdiri tepat didepan stasiun dimana Hachi selalu menunggu, menjalankan kesetiaannya. Dan kemudian aku menyadari tentang kesetiaan Hachi kepada Professor yang tak lekang oleh waktu, menembus sekat-sekat kehidupan yang keras dan perbedaan spesies yang merintangi yang mungkin saja tidak bisa disamai oleh manusia sekalipun.

From : SenjaKata

Jenis Film :
Drama - Semua Umur (general)
Produser :
Richard Gere, Bill Johnson, Vicki S
higekuni Wong
Produksi :
Inferno Production
Durasi :
104

Cast & Crew

Pemain :
Richard Gere
Joan Allen
Sarah Roemer
Erick Avari
Jason Alexander
Sutradara :
Lasse Hallstrom
Penulis :
Stephen P. Lindsay


From : Cinema 21

Oke, Selain ini juga ada banyak sinopsis dari Hachiko , uuurrrgh I love you , I love this film SO MUCH !Ya Ampun Aku hampir tergila-gila sama ini film. Kesetiaan itu susah didapat, nangis lagi deh, cry cry cry.

Hachikō


Hachikō (ハチ公?) (10 November 1923-8 Maret 1935) adalah seekor anjing jantan jenis Akita Inu kelahiran Ōdate, Prefektur Akita. Ia terus dikenang sebagai lambang kesetiaan anjing terhadap majikan. Setelah majikannya meninggal, Hachikō terus menunggu majikannya yang tidak kunjung pulang di Stasiun Shibuya, Tokyo.

Julukan baginya adalah Hachikō Anjing yang Setia (忠犬ハチ公 Chūken Hachikō?). Patung Hachikō di depan Stasiun Shibuya telah menjadi salah satu marka tanah di Shibuya. Sewaktu membuat janji untuk bertemu di Shibuya, orang sering berjanji untuk bertemu di depan patung Hachikō.


Kisah hidup


Lahir 10 November 1923 dari induk bernama Goma-go dan anjing jantan bernama Ōshinai-go, namanya sewaktu kecil adalah Hachi. Pemiliknya adalah keluarga Giichi Saitō dari kota Ōdate, Prefektur Akita. Lewat seorang perantara, Hachi dipungut oleh keluarga Ueno yang ingin memelihara anjing jenis Akita Inu. Ia dimasukkan ke dalam anyaman jerami tempat beras sebelum diangkut dengan kereta api yang berangkat dari Stasiun Ōdate, 14 Januari 1924. Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 jam, Hachi sampai di Stasiun Ueno, Tokyo.

Hachi menjadi anjing peliharaan Profesor Hidesaburō Ueno yang mengajar ilmu pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo. Profesor Ueno waktu itu berusia 53 tahun, sedangkan istrinya, Yae berusia 39 tahun. Profesor Ueno adalah pecinta anjing. Sebelum memelihara Hachi, Profesor Ueno pernah beberapa kali memelihara anjing Akita Inu, namun semuanya tidak berumur panjang. Di rumah keluarga Ueno yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya, Hachi dipelihara bersama dua ekor anjing lain, S dan John. Sekarang, lokasi bekas rumah keluarga Ueno diperkirakan di dekat gedung Tokyo Department Store sekarang.

Ketika Profesor Ueno berangkat bekerja, Hachi selalu mengantar kepergian majikannya di pintu rumah atau dari depan pintu gerbang. Di pagi hari, bersama S dan John, Hachi kadang-kadang mengantar majikannya hingga ke Stasiun Shibuya. Di petang hari, Hachi kembali datang ke stasiun untuk menjemput.

Pada 21 Mei 1925, seusai mengikuti rapat di kampus, Profesor Ueno mendadak meninggal dunia. Hachi terus menunggui majikannya yang tak kunjung pulang, dan tidak mau makan selama 3 hari. Menjelang hari pemakaman Profesor Ueno, upacara tsuya (jaga malam untuk orang meninggal) dilangsungkan pada malam hari 25 Mei 1925. Hachi masih tidak mengerti Profesor Ueno sudah meninggal. Ditemani John dan S, ia pergi juga ke stasiun untuk menjemput majikannya.

Nasib malang ikut menimpa Hachi karena Yae harus meninggalkan rumah almarhum Profesor Ueno. Yae ternyata tidak pernah dinikahi secara resmi. Hachi dan John dititipkan kepada salah seorang kerabat Yae yang memiliki toko kimono di kawasan Nihonbashi. Namun cara Hachi meloncat-loncat menyambut kedatangan pembeli ternyata tidak disukai. Ia kembali dititipkan di rumah seorang kerabat Yae di Asakusa. Kali ini, kehadiran Hachi menimbulkan pertengkaran antara pemiliknya dan tetangga di Asakusa. Akibatnya, Hachi dititipkan ke rumah putri angkat Profesor Ueno di Setayaga. Namun Hachi suka bermain di ladang dan merusak tanaman sayur-sayuran.

Pada musim gugur 1927, Hachi dititipkan di rumah Kikusaburo Kobayashi yang menjadi tukang kebun bagi keluarga Ueno. Rumah keluarga Kobayashi terletak di kawasan Tomigaya yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya. Setiap harinya, sekitar jam-jam kepulangan Profesor Ueno, Hachi terlihat menunggu kepulangan majikan di Stasiun Shibuya.

Pada tahun 1932, kisah Hachi menunggu majikan di stasiun mengundang perhatian Hirokichi Saitō dari Asosiasi Pelestarian Anjing Jepang. Prihatin atas perlakuan kasar yang sering dialami Hachi di stasiun, Saitō menulis kisah sedih tentang Hachi. Artikel tersebut dikirimkannya ke harianTokyo Asahi Shimbun, dan dimuat dengan judul Itoshiya rōken monogatari ("Kisah Anjing Tua yang Tercinta"). Publik Jepang akhirnya mengetahui tentang kesetiaan Hachi yang terus menunggu kepulangan majikan. Setelah Hachi menjadi terkenal, pegawai stasiun, pedagang, dan orang-orang di sekitar Stasiun Shibuya mulai menyayanginya. Sejak itu pula, akhiran (sayang) ditambahkan di belakang nama Hachi, dan orang memanggilnya Hachikō.

Sekitar tahun 1933, kenalan Saitō, seorang pematung bernama Teru Andō tersentuh dengan kisah Hachikō. Andō ingin membuat patung Hachikō. Setiap hari, Hachikō dibawa berkunjung ke studio milik Andō untuk berpose sebagai model. Andō berusaha mendahului laki-laki berumur yang mengaku sebagai orang yang dititipi Hachikō. Orang tersebut menjual kartu pos bergambar Hachikō untuk keuntungan pribadi. Pada bulan Januari 1934, Andō selesai menulis proposal untuk mendirikan patung Hachikō, dan proyek pengumpulan dana dimulai. Acara pengumpulan dana diadakan di Gedung Pemuda Jepang (Nihon Seinenkan), 10 Maret 1934. Sekitar tiga ribu penonton hadir untuk melihat Hachikō.

Patung perunggu Hachikō akhirnya selesai dan diletakkan di depan Stasiun Shibuya. Upacara peresmian diadakan pada bulan April 1934, dan disaksikan sendiri oleh Hachikō bersama sekitar 300 hadirin. Andō juga membuat patung lain Hachikō yang sedang bertiarap. Setelah selesai pada 10 Mei 1934, patung tersebut dihadiahkannya kepada Kaisar Hirohito danPermaisuri Kōjun.

Selepas pukul 06.00 pagi, tanggal 8 Maret 1935, Hachikō, 13 tahun, ditemukan sudah tidak bernyawa di jalan dekat Jembatan Inari, Sungai Shibuya. Tempat tersebut berada di sisi lain Stasiun Shibuya. Hachikō biasanya tidak pernah pergi ke sana. Berdasarkan otopsi diketahui penyebab kematiannya adalah filariasis.

Opset tubuh Hachikō di Museum Nasional Ilmu Pengetahuan, Tokyo
Tempat pemakaman Profesor Ueno dan Hachikō

Upacara perpisahan dengan Hachikō dihadiri orang banyak di Stasiun Shibuya, termasuk janda almarhum Profesor Ueno, pasangan suami istri tukang kebun Kobayashi, dan penduduk setempat. Biksu dari Myōyū-ji diundang untuk membacakan sutra. Upacara pemakaman Hachikō berlangsung seperti layaknya upacara pemakaman manusia. Hachikō dimakamkan di samping makam Profesor Ueno di Pemakaman Aoyama. Bagian luar tubuh Hachikō diopset, dan hingga kini dipamerkan di Museum Nasional Ilmu Pengetahuan, Ueno, Tokyo.

Patung Hachikō di depan Stasiun Ōdate

Pada 8 Juli 1935, patung Hachikō didirikan di kota kelahiran Hachikō di Ōdate. tepatnya di depan Stasiun Ōdate. Patung tersebut dibuat serupa dengan patung Hachikō di Shibuya. Dua tahun berikutnya (1937), kisah Hachikō dimasukkan ke dalam buku pendidikan moral untuk murid kelas 2 sekolah rakyat di Jepang. Judulnya adalah On o wasureruna (Balas Budi Jangan Dilupakan).

Pada tahun 1944, di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, patung perunggu Hachikō ikut dilebur untuk keperluan perang. Patung pengganti yang sekarang berada di Shibuya adalah patung yang selesai dibuat bulan Agustus 1948. Patung tersebut merupakan karya pematung Takeshi Andō, anak laki-laki Teru Andō.

Pintu keluar Stasiun JR Shibuya yang berdekatan dengan patung Hachikō disebut Pintu Keluar Hachikō. Sewaktu didirikan kembali tahun 1948, patung Hachikō diletakkan di bagian tengah halaman stasiun menghadap ke utara. Namun setelah dilakukan proyek perluasan halaman stasiun pada bulan Mei 1989, patung Hachikō dipindah ke tempatnya yang sekarang dan menghadap ke timur.

Film Hachikō Monogatari karya sutradara Seijirō Kōyama mulai diputar di Jepang, Oktober 1987. Pada bulan berikutnya diresmikan patung Hachikō di kota kelahirannya, Ōdate. Monumen peringatan ulang tahun Hachikō ke-80 didirikan 12 Oktober 2003 di lokasi rumah kelahiran Hachikō di Ōdate. Sebuah drama spesial tentang Hachikō ditayangkan jaringan televisi Nippon Television pada tahun 2006. Drama sepanjang dua jam tersebut diberi judulDensetsu no Akitaken Hachi (Legenda Hachi si Anjing Akita). Pada tahun 2009 film Hachiko: A Dog's Story[1] karya sutradara Lasse Hallström mulai diputar dan dibintangi oleh Richard Gere dan Joan Allen.



Oke, Kapan-Kapan aku ulas lagi tentang Anjing Akita ini yaa!