Hujan lagi. Aku menddngus seorang diri. Baru saja aku melangkahkan kakiku ke Champ Elysee, Aku langsung mengurungkan niatku. Aih, aku sendirian di Paris, Kali ini Tanpamu.
Setahun lalu...
Aku membawa kekasih keduaku kali ini. Dia setia setengah mati bersamaku, detik ini aku merangkulnya, Kameraku! Aku menentengnya dengan kasih sayang untuk mengabadikan semesta buatan manusia yang mengelilingiku saat ini, Arch de Triomphe. Sebenarnya hanya seperti gapura tapi berarsitektur indah nan megah. Kecewa, Aku sendirian di tempat ini. Telepon genggamku berbunyi, Mudah-Mudahan itu kamu...
Another location ..
Aku salah apa? Aku sudah berusaha mengajaknya di sela waktu-ku yang padat. Memang sih aku juga salah tidak bilang bahwa aku ke Paris hanya untuk mengambil les bahasa. Hey! kita bisa bolak-balik kesini kan? Lagipula ayahku masih bercokol dengan bisnisnya disini. Bukannya tak mungkin, aku dan Tabitha kemari lagi? Kenapa dia harus marah?
Aku mengernyit dan mengambil handphoneku. Suara gemerincing dari strap-phone buatan tangan Tabi membuatku tersenyum. "Halo, Bi. Lagi dimana? Nanti jam 10 balik ya. Ke sini. Ya, liat aja di Peta yang aku kasih kemarin. Safety , Inget banyak copet..." Belum aku meneruskan kalimatku aku tersentak mendengar suara Tabi seperti hendak menangis. "Kenapa?" Kemudian terputus.
Itu memang dia. Apa Andrew ingin menyusulku disini? Rasanya tidak. aku menjawab pertanyaannya dengan jawaban sekenanya. "Iya. Hujan disini. Masih di Arch de Triomphe, .. bip." Teleponku kuputus. Aku rasanya sedih sekali mengingat dia tidak di sisiku. Parno banget, batinku sembari menatap layar sentuh handphoneku. Aku mengirim sms singkat, agar Andrew tidak khawatir.
To : Ndrew
From : Tabot
Ndrew, aku lagi di Arch de Triomphe, nggak usah khawatir. I'm in safety. Tommorow, Aku bakalan ngambil touring di Flawtour jadi nggak masalah kan? Semangat ya buat lesnya. :)
Tapi lewat mana tadi ya? Aku kan......... buta arah.
Sudah beberapa jam, Bie belum pulang. Aku melihat jam Wrist kesayanganku, pemberian Tabitha. Bie, dimana kamu?
Akhirnya, Aku menemukan jalan yang aku lalui tadi. Setelah beberapa jam memutari jalan yang sama, Aku bisa kembali ke rumah Andrew dengan selamat, Fiuuh... nafas panjang deh. Aku mendengus, coba Andrew bisa temani aku tiap hari. Nggak bakalan deh nyasar-nyasar. Tapi nggak apa deh, belajar travelling nggak salah juga kaan...
Aku melihat Andrew yang hendak menaiki mobil pribadinya. Aku melambai-lambai. Mau kemana? Kok nggak nungguin aku? Kulihat binar mata Andrew, dia terlihat tenang melihatku berlari kecil ke arahnya, Tapi...
"Kemana saja kamu Bie?" bentakku dengan keras. Raut mukaku yang sedari tadi kaku mengendor, tapi tetap hatiku masih saja khawatir dengan Tabitha. "Kenapa baru pulang?" aku mengecilkan volume suaraku. Tabitha yang awalnya berdiri tegap, sepertinya lemas.. hey! dia hampir saja terduduk di jalan. Nampaknya dia kecapekan. "Bie, masuk dulu yuk." aku merangkulnya hangat. aku kangen dia. kangen senyumnya walaupun aku dan dia hanya terpisah sehari ini saja. besok aku pasti disisinya.
Tabitha duduk di sampingku dengan diam. aku tahu dia kecewa dengan jadwalku hari ini. "Bie, kamu kenapa.." kata-kataku terputus. Dia mulai bercerita... Tabitha-ku bercerita..
"Kenapa harus bentak-bentak sih?" mulutku manyun. "Tadi aku kesasar, Ndrew. Tapi ajaibnya aku bisa kembali hahaha.." aku tertawa lepas. Aku senang jika bisa ada di sampingnya. Aku sudah bertahun-tahun bersamanya. Aku hafal, sikapnya jika sedang mengkhawatirkanku. Tapi tidak seemosional tadi. Tidak pernah.
Besok bakalan jadi hari milikmu Bie, aku menggulum senyum. "Bie, aku besok free. kita bakalan jalan-jalan lagi." Akhirnya Tabitha tertawa lebih lepas. Ah Tabi, kamu memang..
Aku berlari menuju Efa. Dia tour-guide dari Flaw. Sekaligus aku menggamit lengan Andrew yang nampaknya masih mengantuk. Lucu ya, mungkin dia sudah berkali-kali kesini, tapi kan aku baru kali ini.. Intinya hari ini harus jadi hari yang seru!
Aku melihat keadaan di Hamburg. Sekali pindah bus di Köln. Aku bingung tapi campur senang. Aku bisa menikmati perjalanan di Bis bersama Andrew. Kali ini dia asyik menjepret sana-sini dengan camera barunya. Termasuk memfoto aku dimana-mana. Tapi aku belum berfoto dengan Andrew, Aku menelisik raut mukanya. Aku memberi kode padanya. Tapi dia tak sadar juga. Biarlah.
Sesampainya di Basilique du Sacré-Cœur, obyek pertama kami, adalah sebuah gereja katolik roma, dan dibangun di abad 19. Awalnya Tabi selalu mengikuti arahan dari tour-guide. dia nampak seperti anak kecil yang sedang diberi permen dan melonjak kegirangan. Aku jadi ikut senang.
Perjalanan kami berlanjut ke arah Moulin Rouge, sebuah red district di Perancis, tak jauh dari Sacre Coeur. Pagi itu, daerah ini masih terlihat sepi. Tak lama kemudian, kami menemukan bangunan dengan kincir berwarna merah, trade mark Moulin Rouge. Moulin Rouge terkenal dengan pertunjukan kabaretnya. Tabi mulai lelah, ia berjalan pelan di sebelahku sambil memakan roti yang tadi dibelinya, sedikit-sedikit.
Ada rahasia yang kusembunyikan dari Tabi. Aku juga tidak tahu, kapan rahasia itu akan terushk. Nampaknya, semesta kali ini membuat Tabi nampak cantik. Aku memandangi-nya dengan rasa kagum. Dia milik Tuhan, tapi Tuhan menitipkan hatinya padaku. Aku takkan bisa memiliki Tabi, Tapi seutuhnya aku milik Tabi. Hatiku.
Waktunya pulang memang sangat menyebalkan. Liburan aku dan Andrew sudah hampir habis. Ayah Andrew juga sudah mempersiapkan ticket kepulangan kami, Andrew melirikku yang sedang kesal. Nampaknya memang aku belum ingin pulang. "Kamu mau disini terus?" goda Andrew.
Sesampainya di Jakarta, Andrew masih getol menggodaku. Aku jadi malu dibuatnya. Tapi senang. Entah mengapa, Pada Bulan January, Aku dan Andrew jadi jarang bertemu. Selain bersekolah di sekolah yang berbeda, Kesibukan Andrew mempersiapkan diri menjadi pengganti pemimpin bisnis kakeknya di Paris juga menyita waktu yang tidak sedikit.
Pagi itu..
To : Bie,/span>
From : You
Bie, lagi dimana? Ayo keluar yuk!
Aku menunggu sekitar sejam-an di Sushi Tei. Makanan kesukaan Andrew. Tapi mana Andrew-nya? Akhirnya aku memilih menulis pesan singkat ke Andrew, aku pulang karena aku masih ada kepentingan lain. Faktanya aku ingin menyusul Andrew di rumahnya. Tapi ketika aku melewati rumah Andrew, Aku bingung. Kenapa, ramai sekali?
Aku melangkahkan kaki, memasuki kediaman rumah Andrew dengan perasaan bingung. Apalagi melihat motor kawasaki ninja, Andrew yang teronggok di halaman. Aku melihat banyak orang yang tergesa-gesa dan memasang tenda. Kenapa?
Aku limbung melihat papan yang bertuliskan, nama kekasihku satu-satunya. Andrew Putra Laksadayana.
Andrew, ku hilang seiring bayangan hitam menyergap pelupuk mataku.
Flashback
" Bie, kalau kamu hilang lagi aku bakalan bingung mondar-mandir, kalau aku hilang kamu nggak apa-apa kan? Jangan bingung, Jangan nangis. Karena walau kita merasa saling memiliki, Faktanya Tuhan yang sepenuhnya memiliki kita."
Aku tahu, Rahasia Terbesarmu Ndrew. Hatimu milikku. Kamu milik Tuhan..
Kenapa saya menulis ini? Karena semesta dan Tuhan berkerjasama nan apik, menyusun waktu serta pikiran agar tertuang dalam tulisan. Kenapa dengan Paris? Karena saya sama seperti Tabi, anak kecil yang diberi permen akan bersorak kegirangan. Kenapa harus Andrew? Saya.. tidak tahu. Enjoy Reading! :)